Teman Seperbegoan
Di SMA ini genta mempunyai seorang sahabat terbaik dalam hidupnya dan mungkin juga yang pernah ia miliki. Ya, dia adalah Dilan. Teman yang sedari kecil telah ia kenal, sedari mereka masih duduk dibangku SD dulu. Semua dan pertemenan mereka berawal, ketika pada waktu SD dulu.
Ada seorang anak gendut berambut ikal, ia adalah seorang anak baru pindahan dari SD pasundan di kota bandung. Dilan dan kedua orang tuanya terpaksa pindah ke kota lubuklinggau karena ayahnya baru mendapatkan pekerjaan di salah satu Bank di kota ini. Dan memaksa mereka untuk beranjak dari kota kembang, Bandung. Kala itu dihari pertama dilan masuk sekolah. Karena, baru disekolah itu ia belum mempunyai satu orang temanpun. Ketika ia tengah duduk sendiri disudut pojokan kelas sambil menikmati bekal yang diberikan oleh ibunya pagi tadi, datanglah seorang anak beserta kedua orang teman lainnya dengan cepat merampas makanan dari tangan Dilan. Ketiga anak nakal tadi pun tertawa sambil dengan lahapnya menghabiskan makanan dilan. Dilan yang jauh lebih kecil dan lemah dibanding ke tiga anak nakal tadi pun lebih memilih diam tanpa banyak protes dan berkata-kata.
Kotak perbekalannya pun bersih tanpa sisa. "Hei anak baru, makanan yang lezat sekali hahahah" Sambil menjatuhkan kotak perbekalan itu dilantai, mereka pun berlalu meninggalkan Dilan.
Disanalah jugalah Genta tengah berada. Kelas 3.a
Mereka berada satu kelas saat itu, Melihat apa yang baru saja menimpa Dilan semua siswa hanya diam dan tak perduli atas apa yang baru saja dialami Dilan. Hanya seorang anak bernama genta yang datang dan menghampiri Dilan kala itu. "Hei, kenalin nama aku Genta, uda gak usah sedih. Mereka bertiga tadi memang anak-anak yang nakal. Kau bisa berbagi makanan denganku" Genta membuka kotak makanannya sambil tersenyum.
Semenjak itu, mereka berdua tumbuh menjadi 2 orang sahabat yang tak pernah melewatkan waktu tanpa bersama. Genta dan Dilan pun adalah anak yang tidak kalah nakalnya dari anak-anak yang mengambil perbekalannya. Jika Genta dan Dilan tengah bersama akan banyak hal nakal yang mereka berdua lakukan. Seperti, halnya "Misteri hilangnya mangga pak somad"
Haha, ya tidak lain dan tidak bukan pelakunya adalah Genta dan Dilan.
Ketika pulang sekolah dua orang sekawan ini tergoda kala melihat buah mangga pak Somad yang telah bewarna hijau kekuningan.
Rumah Dilan dan Genta pun kebetulan berdekatan. Rumah mereka tidak berada jauh dari sekolahan hanya kurang lebih berjarak 100 meter. Tepatnya rumah Genta di kampung damai RT 02 Kelurahan jati luhur. Dari rumah Genta kelang 2 atau 3 rumah disanalah Dilan tinggal bersama kedua orang tuanya. Disebuah rumah yang dulunya adalah rumah pak husni yang telah pindah ke jakarta baru-baru ini.
Genta dan Dilan ketika pulang sekolah kerap menghabiskan waktu bersama di sawah yang berada tidak jauh dari rumah mereka.
Disana mereka kerap bermain mencari belalang dan menangkap burung-burung yang tak sengaja terjerat jaring perangkap yang ditasang oleh para petani. Ya, tidak ada petani disana yang tidak kenal dengan dua bocah ini, Dilan dan Genta.
Saat mereka berdua duduk dikelas 3 smp.
Ada sebuah peristiwa buruk yang menimpa mereka. Tapi, dengan adanya peristiwa tersebut malah membuat hubungan pertemanan mereka kian erat.
Semua itu bermula, ketika di tengah suasana ramainya jam istirahat. Genta tengah asyik bermain bola kaki dilapangan sekolah bersama Dilan dan beberapa temannya yang lain. Tiba-tiba dengan tidak sengaja atau saking semangatnya Genta menendang bola, bola itu melesat kencang dengan arah yang tak beraturan dan tanpa sengaja pula bola itu mendarat tepat di punggung steven yang saat itu tengah asyik duduk bersama teman-temannya di depan kelas 3c. Steven adalah seorang anak yang terkenal nakal dan suka berkelahi disekolahnya, banyak kasus kenakalannya yang telah memenuhi buku hitam sekolah. Steven berbalik ke arah Genta dengan wajah dan gestur badan yang tampak kesal.
"Woyyy, cari mati lu" ujar Steven sambil menunjuk ke arah Genta.
Seorang teman Genta pun berkata "Gawat sob, kita cari mati berurusan dengan Steven. Cabut-cabut tambah teman genta yang lainnya. Ketiga temannya pun berlari meninggalakan Genta, hanya Dilan yang setia berdiri disamping Genta.
"Kita cari pacar, bukan cari mati. Dasar bego" Jawab Dilan ke Steven sambil tertawa mengejek
"Hahahaha" Genta pun ikut tertawa sambil mengangkat jari tengah.
Tepat saat itu juga bel masuk istirahat berbunyi, Genta dan Dilan pun memanfaatkan moment itu untuk berlari dari Steven dan teman-temannya.
"Woyy, sialan jangan lari lu" ujar viktor kesal.
Mendengar bunyi bel masuk berbunyi Steven dan teman-teman terpaksa masuk ke kelas mereka masing-masing dan jadi tidak bisa mengejar Genta dan Dilan.
Setelah beberapa jam pelajaran yang membosankan yang dilalui oleh siswa-siswi di sekolah.
Bel tanda Jam pulang pun keras berbunyi dan terdengar ke seluruh penjuru kelas.
Seperti tidak pernah terjadi apa-apa atau mereka lupa bahwa mereka tengah berurusan dengan Steven. Genta, Dilan dan ketiga temannya berjalan pulang seperti biasanya.
Dan benar saja, belum sampai 10 menit mereka berjalan. Didepan sebuah gudang rokok yang sudah tidak terpakai, telah berdiri 7 sampai 8 orang. Dan ternyata itu adalah Steven dan kolega.
Merka berniat untuk memberi pelajaran kepada Genta dann teman-teman atas apa yang terjadi di sekolah tadi. Posisi mereka pun makin terdesak dengan badan yang kecil, rasanya Genta, Dilan dan teman-teman tak akan mampu dan rasanya berat untuk menang melawan mereka Steven dan kolega yang berbadan jauh lebih tinggi dan besar.
Tanpa aba-aba mereka berlima pun mengambil kangkah seribu dan berlari kembali ke arah sekolahan. Steven dan kolega pun berlari layaknya anjing buas yang mengejar mangsanya.
Mereka berlima pun mencoba berlari sekuat tenaga, untuk menghindar dari kejaran Steven dan kolega. Mereka berlima ingin berlari mencapai sekolah. Dan meminta perlindungan dari penjaga sekolah yang ada disekolah, apabila mereka berlima bisa tiba disekolah tanpa tertangkap oleh kejaran Steven. Sialnya, hal buruk pun menimpa Genta. Ia tersungkur jatuh ketika sedang berlari sedangkan Dilan dan ketiga temannya yang lain berada didepan dan terus berlari.
Steven dan kolega pun dengan segera menghajar Genta tanpa banyak basa-basi. Pukulan dan tendangan pun bergantian mendarat ditubuh Genta.
"Aaarhhhhhgg,,, anjingg kalian semua" Genta berteriak tak kala ,menahan rasa sakit ditubuhnya.
Hanya Dilan lah yang berlari kembali dan berniat untuk menolong Genta karena mendengar suara teriakan Genta dan melihat Genta yang tengah dihajar oleh Steven dan kawan-kawan.
"Harrrhggggggggg.. tai bangsat lu semua" Dilan berteriak sambil meloncat dan melayangkan pukulannya yang tepat mengenai kepala Steven.
Sedangkan, ke tiga teman Genta dan Dilan yang lainnya hanya melihat dan memilih untuk menerusak berlari dan menyelamatkan diri mereka sendiri. Mereka tak peduli dan terus berlari meninggalkan Genta dan Dilan yang terbaring ditanah karna terus-terusan mendapat pukulan-pukulan dari Steven dan kolega.
Untunglah, pada saat itu melintas pak taufik, seorang guru olahraga yang mengajar olahraga di SMP mereka kebetulan pada hari itu beliau agak pulang terlambat karna ia tengah membuat jadwal latihan yang baru untuk eskul futsal di sekolah mereka.
"Heii,, hentikan, hentikan !! Kurang ajar kalian semua."
Pak taufik berteriak kencang sambil membawa sebuah tongkat kayu panjang yang selalu dibawahnya untuk menghukum anak-anak yang nakal disekolah.
Melihat hal itu, tanpa pikir panjang. Steven dan teman-teman pun berlari kocar-kacir tak tentu arah.
"Gentaa, Dilannnn kalian tidak apa-apa?"
Mereka berdua pun tak sanggup lagi menjawab pertanyaan dari pak taufik.
Wajah mereka berdua pun tampak biru lebam dan sedikit luka kecil yang mengeluarkan darah akibat dari pukulan-pukulan yang mereka terima tadi.
Melihat hal itu pak taufik kemudian menghubungi penjaga sekolah dan meminta bantuannya untuk membawa Genta dan Dilan ke puskesmas terdekat.
Setelah beberapa hari, setelah kejadian itu Genta dan Dilan pun mulai masuk sekolah lagi. Mereka pun mendapat kabar bahwa Steven and the geng telah mendapat hukuman yang setimpal dan mereka juga dikeluarkan dari sekolah akibat kasus kekerasan dan pengeroyokan yang mereka lakukan, terlebih terhadap adik kelas mereka. Bahkan orang tua Dilan sempat ingin membawa kasus ini ke kantor polisi, tapi karena nasihat dari pak taufik mereka pun mengurungkan niat mereka.
Setelah hal itu, Genta dan Dilan pun malah makin menghargai persahabatan mereka.
Dan ketiga teman merekan yang terus berlari tanpa kembali untuk menolong Genta dan Dilan kala itu, dengan sendirinya menjauh. Mungkin karena merasa tidak enakan dengan Genta dan Dilan.
Semenjak saat itu Genta merasa bahwa hanya Dilan sahabat terbaiknya yang pernah ia miliki begitupun sebaliknya.
Genta dan Dilan ketika pulang sekolah kerap menghabiskan waktu bersama di sawah yang berada tidak jauh dari rumah mereka.
Disana mereka kerap bermain mencari belalang dan menangkap burung-burung yang tak sengaja terjerat jaring perangkap yang ditasang oleh para petani. Ya, tidak ada petani disana yang tidak kenal dengan dua bocah ini, Dilan dan Genta.
Saat mereka berdua duduk dikelas 3 smp.
Ada sebuah peristiwa buruk yang menimpa mereka. Tapi, dengan adanya peristiwa tersebut malah membuat hubungan pertemanan mereka kian erat.
Semua itu bermula, ketika di tengah suasana ramainya jam istirahat. Genta tengah asyik bermain bola kaki dilapangan sekolah bersama Dilan dan beberapa temannya yang lain. Tiba-tiba dengan tidak sengaja atau saking semangatnya Genta menendang bola, bola itu melesat kencang dengan arah yang tak beraturan dan tanpa sengaja pula bola itu mendarat tepat di punggung steven yang saat itu tengah asyik duduk bersama teman-temannya di depan kelas 3c. Steven adalah seorang anak yang terkenal nakal dan suka berkelahi disekolahnya, banyak kasus kenakalannya yang telah memenuhi buku hitam sekolah. Steven berbalik ke arah Genta dengan wajah dan gestur badan yang tampak kesal.
"Woyyy, cari mati lu" ujar Steven sambil menunjuk ke arah Genta.
Seorang teman Genta pun berkata "Gawat sob, kita cari mati berurusan dengan Steven. Cabut-cabut tambah teman genta yang lainnya. Ketiga temannya pun berlari meninggalakan Genta, hanya Dilan yang setia berdiri disamping Genta.
"Kita cari pacar, bukan cari mati. Dasar bego" Jawab Dilan ke Steven sambil tertawa mengejek
"Hahahaha" Genta pun ikut tertawa sambil mengangkat jari tengah.
Tepat saat itu juga bel masuk istirahat berbunyi, Genta dan Dilan pun memanfaatkan moment itu untuk berlari dari Steven dan teman-temannya.
"Woyy, sialan jangan lari lu" ujar viktor kesal.
Mendengar bunyi bel masuk berbunyi Steven dan teman-teman terpaksa masuk ke kelas mereka masing-masing dan jadi tidak bisa mengejar Genta dan Dilan.
Setelah beberapa jam pelajaran yang membosankan yang dilalui oleh siswa-siswi di sekolah.
Bel tanda Jam pulang pun keras berbunyi dan terdengar ke seluruh penjuru kelas.
Seperti tidak pernah terjadi apa-apa atau mereka lupa bahwa mereka tengah berurusan dengan Steven. Genta, Dilan dan ketiga temannya berjalan pulang seperti biasanya.
Dan benar saja, belum sampai 10 menit mereka berjalan. Didepan sebuah gudang rokok yang sudah tidak terpakai, telah berdiri 7 sampai 8 orang. Dan ternyata itu adalah Steven dan kolega.
Merka berniat untuk memberi pelajaran kepada Genta dann teman-teman atas apa yang terjadi di sekolah tadi. Posisi mereka pun makin terdesak dengan badan yang kecil, rasanya Genta, Dilan dan teman-teman tak akan mampu dan rasanya berat untuk menang melawan mereka Steven dan kolega yang berbadan jauh lebih tinggi dan besar.
Tanpa aba-aba mereka berlima pun mengambil kangkah seribu dan berlari kembali ke arah sekolahan. Steven dan kolega pun berlari layaknya anjing buas yang mengejar mangsanya.
Mereka berlima pun mencoba berlari sekuat tenaga, untuk menghindar dari kejaran Steven dan kolega. Mereka berlima ingin berlari mencapai sekolah. Dan meminta perlindungan dari penjaga sekolah yang ada disekolah, apabila mereka berlima bisa tiba disekolah tanpa tertangkap oleh kejaran Steven. Sialnya, hal buruk pun menimpa Genta. Ia tersungkur jatuh ketika sedang berlari sedangkan Dilan dan ketiga temannya yang lain berada didepan dan terus berlari.
Steven dan kolega pun dengan segera menghajar Genta tanpa banyak basa-basi. Pukulan dan tendangan pun bergantian mendarat ditubuh Genta.
"Aaarhhhhhgg,,, anjingg kalian semua" Genta berteriak tak kala ,menahan rasa sakit ditubuhnya.
Hanya Dilan lah yang berlari kembali dan berniat untuk menolong Genta karena mendengar suara teriakan Genta dan melihat Genta yang tengah dihajar oleh Steven dan kawan-kawan.
"Harrrhggggggggg.. tai bangsat lu semua" Dilan berteriak sambil meloncat dan melayangkan pukulannya yang tepat mengenai kepala Steven.
Sedangkan, ke tiga teman Genta dan Dilan yang lainnya hanya melihat dan memilih untuk menerusak berlari dan menyelamatkan diri mereka sendiri. Mereka tak peduli dan terus berlari meninggalkan Genta dan Dilan yang terbaring ditanah karna terus-terusan mendapat pukulan-pukulan dari Steven dan kolega.
Untunglah, pada saat itu melintas pak taufik, seorang guru olahraga yang mengajar olahraga di SMP mereka kebetulan pada hari itu beliau agak pulang terlambat karna ia tengah membuat jadwal latihan yang baru untuk eskul futsal di sekolah mereka.
"Heii,, hentikan, hentikan !! Kurang ajar kalian semua."
Pak taufik berteriak kencang sambil membawa sebuah tongkat kayu panjang yang selalu dibawahnya untuk menghukum anak-anak yang nakal disekolah.
Melihat hal itu, tanpa pikir panjang. Steven dan teman-teman pun berlari kocar-kacir tak tentu arah.
"Gentaa, Dilannnn kalian tidak apa-apa?"
Mereka berdua pun tak sanggup lagi menjawab pertanyaan dari pak taufik.
Wajah mereka berdua pun tampak biru lebam dan sedikit luka kecil yang mengeluarkan darah akibat dari pukulan-pukulan yang mereka terima tadi.
Melihat hal itu pak taufik kemudian menghubungi penjaga sekolah dan meminta bantuannya untuk membawa Genta dan Dilan ke puskesmas terdekat.
Setelah beberapa hari, setelah kejadian itu Genta dan Dilan pun mulai masuk sekolah lagi. Mereka pun mendapat kabar bahwa Steven and the geng telah mendapat hukuman yang setimpal dan mereka juga dikeluarkan dari sekolah akibat kasus kekerasan dan pengeroyokan yang mereka lakukan, terlebih terhadap adik kelas mereka. Bahkan orang tua Dilan sempat ingin membawa kasus ini ke kantor polisi, tapi karena nasihat dari pak taufik mereka pun mengurungkan niat mereka.
Setelah hal itu, Genta dan Dilan pun malah makin menghargai persahabatan mereka.
Dan ketiga teman merekan yang terus berlari tanpa kembali untuk menolong Genta dan Dilan kala itu, dengan sendirinya menjauh. Mungkin karena merasa tidak enakan dengan Genta dan Dilan.
Semenjak saat itu Genta merasa bahwa hanya Dilan sahabat terbaiknya yang pernah ia miliki begitupun sebaliknya.