Sebuah karya yang gue buat baru-baru ini. Semoga kalian suka dan selamat membaca :)
SERIGALA MELANKOLIS
CHAPTER 1
Sebuah tas besar berwarna hitam tergeletak didepan rumah bu zakia dan Pak dany. Kala itu juga tampak seorang pemuda tampan dan berbadan proposional layaknya, seorang model tengah duduk dalam keresahan. Seperti, menantikan sesuatu. Dengan kulit putih bersih, rambut lurusnya yang hitam tebal serta matanya yang bewarna biru terang. Coba ? perempuan mana yang tak akan tertarik dengannya.
Ya, pemuda itulah adalah Genta D. Genta adalah anak dari pasangan romantis yaitu, ibu zakia dan pak dany.
Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Selain genta, ibu zakia dan pak dany juga mempunyai satu orang putra lagi yaitu, Zaki D.
Keluarga mereka dikenal sebagai keluarga yang harmonis, kompak, penuh kasih dan penuh kebahagiaan.
Genta merasa sangat bahagia terlahir di keluarga ini, ia adalah seorang anak yang sangat sayang kepada keluarganya.
Tapi sayangnya pada hari ini genta harus pergi selama 1 minggu lamanya ke kota kembang bandung. Untuk mengikuti sebuah ajang lomba puisi disalah satu SMA ternama dibandung. Sekalian berliburan disana sebagai hadiah yang diberikan kepada genta atas pencapaian nya yang mana telah berhasil menjadi juara 1 dalam lomba membaca puisi tingkat SMA sekota lubuklinggau.
Genta pada kesehariannya dikenal sebagai seorang anak yang puitis dalam tiap kata-perkatanya saat ia sedang berbicara (Kata puitis nan romantis). Genta, seorang pemuda tampan, energik dan pelantun syair-syair kata-kata cinta.
"Genta si cowo nyentrik" ya, itulah sebutan/panggilan yang kerap teman-temannya lontarkan. Pemuda yang kerap mengenakan topi cowboy lengkap dengan kemeja cokelat plus celana jeans hitam pekat serta tidak lupa juga sepasang sepatu boots cokelat tua andalannya.
Muda, tampan, cool, pelantun syair-syair cinta dan puisi, mencintai musik dan dikagumi oleh banyak wanita. Itulah Genta D.
Pemuda yang mempunyai passion dalam setiap apa yang dilakukannya ini, selalu membuat kagum dengan style nya yang cool dan terkadang cuek terhadap hal-hal disekitarnya dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri.
Meski tidak sedikit wanita yang kagum dan jatuh hati kepadanya. Tak banyak wanita yang mampu meluluhkan hati seorang genta. Bahkan sampai saat ini. Dibanding sibuk pacaran genta lebih suka menghabiskan waktu sendiri dirumah, didalam kamarnya sebuah surga kecil didalam surga. Tempat dimana ia menuliskan puisi-puisinya. Dikamarnya juga lah ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan hanya bermain gitar, mendengarkan lagu-lagu atau sekedar menuliskan sepenggal dua penggal kisahnya didalam diary miliknya.
Dalam kisah cintanya. Genta pernah 2 kali berpacaran dan menjalin sebuah hubungan. Yang pertama kala ia duduk dikelas 3 SD dulu. Meski itu hanyalah cinta monyet atau cinta nya anak-anak yang ntah apakah itu bisa disebut sebagai rasa cinta. Karena, ia masih sangat mudah kala itu untuk mengerti apa itu cinta. Tetapi bagi genta ia adalah sosok cinta pertama yang sempurna. Seorang anak perempuan cantik dengan rambut pendek ala potongan seorang polwan serta sedikit aksesoris kuncit rambut merah jambu yang lucu yang kerap menempel di rambut indahnya. Serta suara lucu yang melengking yang kerap keluar dari mulut bawelnya. Sebuah hiasan senyuman manis khas anak kecil itu. Sampai saat ini masih sering menghampiri khayal genta. Dan adakalanya hal itu menimbulkan sebuah rasa rindu dalam benak genta. "Ya, dimana 2 orang anak kecil yang saling suka tanpa mereka mengerti sepenuhnya, apa itu cinta? mereka hanya bahagia disaat bermain bersama". Seorang anak manis bersama penguncit rambut lucu berwarna merah jambu di rambutnya. Ntah dimana ia sekarang? tiada hembusan angin, tiada suara dari sinar bulan, tiada kabar dari terik matahari. Angin malam berhembus pelan berlalu tanpa tau dimana sosok cinta pertamanya dulu, kini berada. Bayang-bayang wajah, resah dalam tanya, letih dalam hati, berlari coba tuk mencari. Diujung malam, yang dingin sunyi. Sebuah tanya datang menerpa benak genta yang dalam saat bersamaan bercampur dengan sebuah rasa resah yang tiada hentinya, datang. "Dimana kah dirimu saat ini, kau pasti telah tumbuh menjadi seorang wanita cantik? aku pasti benar tentang itu. Kau lagi apa disana? mungkinkah kau sedang terlelap tidur saat ini :) Tidurlah .... dan tetaplah menjadi gadis kecil berkuncit lucu merah jambuku"
Pada suatu pagi yang cerah. Bangku kelas tampaktak terisi penuh. Genta memandang resah "Kenapa km ga masuk sekolah :( ?". Hari itu pun berlalu tak seceria biasanya, tak ada lagi suara melengking bawel yang kerap mengganggu dan balas mengejek genta saat ia kerap usil menggodanya. Terdengar kabar bahwa ia peri kecil genta akan pergi dan pindah keluar kota dan juga pindah sekolah, otomatis meninggalakan genta seorang diri. Kala itu genta hanya pura-pura tak mendengar apa kabar yang temannya baru sampaikan. Genta tetap percaya peri kecil nya tak akan meninggalkannya bermain sendiri di sekolahan. Ia akan kembali masuk kesekolah dan bermain bersama ku lagi.
3 hari pun berlalu, bangku peri kecil berambut pendek berpita rambut merah jambu lucu itu pun tak kunjung terisi. Tetap sama, tanpa kehadirannya. Hanya perasaan seorang anak kelas 3 SD. Genta tetap dengan kukuhnya menanti dan hanya berpikiran jika peri kecil nya hanya sedang jatuh sakit. Sepulang sekolah, Genta pun tanpa sepengetahuan siapapun, ia berjalan sejauh 3 km dari sekolahnnya. Hanya untuk menghampiri rumah peri kecil kesayangannya. Ia tak punya cukup uang dan keberanian untuk naik angkutan umum, maka itulah ia memutuskan untuk berjalan diselingi berlari sejauh 3 km. Dalam teriknya matahari, Genta berlari dengan semangat sambil tersenyum, ia tetap berpikiran positif bahwasannya si peri kecil kesayangannya hanya jatuh sakit dan akan lekas sembuh kembali, saat ia melihat kedatangannya "Aku akan bertemu kamu hari ini, lekas sembuh bolotku. tidak ada lagi yang bisa mengejekku, sehebat apa yg kamu lakukan selama ini :( tunggu, aku sedang berlari kerumahmu"
Peluh membasahi seluruh tubuh bocah SD itu. Genta telah sampai didepan rumah si peri kecilnya. Ia kini hanya tinggal menyeberang jalan tuk melihat lebih dekat keadaan dirumah itu. "Rumah ini dijual" Tampak kosong jelas seperti tak berpenghuni lagi, namun genta membutakan matanya, dan terus berjalan mendekat dengan kucuran keringat dan air mata yang kini perlahan mulai turun dari kedua matanya. Semakin jelas wajah peri kecil masa SD nya itu sekilas melintas bersama senyum manis dalam angan-angan genta. Seolah mengucapkan kata perpisahan.
"Assallamualaikum buuk, ibukkk melatinya ada?, kamu sakit apa :( aku sekarang didepan rumah km" Genta mendekat ke pintu rumah yang telah tergembok dari luar sambil berteriak rintih.
20 menitaan genta bertahan didepan rumah kosong yang tak berpenghuni itu. Seorang ibu yang telah paru baya tiba-tiba menghampiri genta yang seperti anak kecil kehilangan orang tua di tempat perbelanjaan berteriak-teriak terus bertanya dan mencari.
"Kenapa kamu nangis nak? apa kamu salah satu saudara dari keluarga melati? melati beserta kedua orang tuanya telah meninggalkan rumah ini beberapa hari yang lalu. Mereka sekeluarga pindah ke kota bandung" Tegas ibu itu, sambil mengelus-elus kepala genta.
"Melati pasti ada didalam bu, dia uda janji bakalan main sama-sama aku terus. Dia ga akan pergi ninggalin aku"
"Uda, kamu pulang kemana ? pulang sekolah ga pulang kerumah dulu, nanti orang tua kamu khawatir nyariin kamu. Biar ibuk anter km pulang"
Genta pun menyeka air matanya dengan dasi merah SD nya. dan mulai mencoba menerima bahwasannya melati telah benar-benar pergi meninggalkannya saat ini. Ia pun diantar pulang oleh ibu-ibu paru baya mantan tetangga dirumah melati dulu.
9 tahun berlalu, genta tak pernah sekali pun mendengar kabar dari peri kecil berpita merah jambu lucunya lagi. Genta selalu berharap bahwasannya suatu saat nanti ia akan dapat melihat dan bertemu dengan peri kecil nya itu lagi. "Genta dan Melati memang tidak pernah saling menyatakan cinta ataupun terikat dalam suatu hubungan. Tetapi mereka selalu merasa memiliki satu sama lain"
Kemudian wanita kedua yang genta jumpai, adalah ketika ia duduk dikelas 3 SMP.
Setelah kisah cinta monyetnya diwaktu SD yang menyentuh. Genta perlahan tumbuh menjadi seorang remaja yang lambat laun mulai bertemu dengan beberapa hati baru dalam hidupnya. Dan perlahan mulai bisa melupakan, sedikit tentang peri kecilnya dulu. Ya, itu seorang cewe cantik beramput pendek juga dengan mata bulat indah serta hidung mancung. Yang membuat genta jatuh hati untuk kedua kalinya. Dalam balutan hijab yang cewe itu kenakan. Membuat genta semakin merasa penasaran dan terus mencoba untuk dapat berekenalan dengannya. Namun saat itu ia telah ada yang memiliki, genta tak punya pilihan hanya dengan mengagumi saja. Saat itu mereka berdua tengah duduk dikelas 2 smp. Kebetulan kelas genta dan dia pun bersebelahan. Hampir satu tahum genta hanya larut dalam harapnya dan mati dalam penantian panjangnya. Pada suatu malam, genta pun memberanikan dirinya untuk menghubungi dia yang dipuja. Cewe itu bernama Nadya. Saat ini bedanya genta bisa dengan mudah menghubungi atau mencari tau kabar tentang wanita yang dicintanya. Tidak seperti saat ia SD dulu yang harus bersusah payah untuk mencari kabar tentang peri kecil yang dicintainya. Saat ini ia telah mempunyai Handphone, tak terlalu bagus memang. Tapi cukuplah untuk sekedar menghubungi cewe yang dicintainya kala itu.
SMS 19.45 wibGenta : Malam nadya ?
SMS 19.55 wib
Nadya : Malam, ini siapa ya ?
SMS 20.01 wib
Genta : Genta, anak 8.4 sebelah kelas km
SMS 20.04 wib
Nadya : Oh, genta anak 8.4 itu. yang pernah dihukum, gara-gara ga buat PR, terus disuruh keliling sambil jongkong itu kan. haha iya tau, tau kok
SMS 20.06 wib
Genta : Haha udahlah jangan diinget nad, itu mah buat malu kalo diinget -_-
1 jam kemudian ......
21.05
SMS 21.15 wib
Genta : Km uda tidur nad? kok ga dibales lagi
SMS 21.45 wib
Nadya : Maaf lama, tadi cowo aku nelponin aku. Sampai mana tadi ?
SMS 22.02 wib
Genta : (Kosong)
SMS 22.04
Nadya : Kok sms nya kosong, genta ?
Pada malam itu pun genta menaruh handphonenya diatas meja, tanpa menghiraukan sms balasan dari nadya lagi. Ada sebuah rasa perih dan kekacauan yang berkecamuk dikepalanya malam itu. Ia segera memeluk bantal guling kesayangannya dan menarik selimut hangatnya, untuk segera terlelap tidur melupakan kekecewaannya pada malam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar