Senin, 08 Februari 2016

Chapter 6. Jadi pengamen "Malam Minggu Bodoh"

MENGISI LIBUR TAHUN BARU DENGAN NGAMEN.

Disebelah kiri : Ya itulah, Potret kehidupan anak pengamen jalanan yang dengan susah payahnya mencari uang untuk sekedar membeli makan.
Maka dari itu, bersyukurlah kawan atas apa yang kita miliki saat ini. Ya, gw akui gak mudah untuk menjadi orang yang pandai bersyukur. Gw pribadi pun masih dan sering kali mengeluh atas apa yang gw punya atas apa yang gw miliki atas apa yang kadang menimpa diri gw. Tapi, tidak ada salahnya buat kita untuk berusaha dan mencoba untuk menjadi pribadi yang baik dan pandai bersyukur. "We should try."
Bisa kita mulai dengan, sesederhana bersyukur atas keluarga kita yang bahagia, tentang hangatnya rumah dimana tempat kita berlindung dari panas matahari dan dinginnya malam.
 Bandingkan dengan kehidupan mereka, ya, mereka barisan anak jalanan yang kerap kita temui dijalanan.
Teruslah melihat kebawah !

Sebelumnya, gw mau ngucapin selamat merayakan hari Imlek 2567 bagi umat yang merayakannya.
Pada hari yang sedari pagi tadi terus diguyur hujan hingga sore dan juga dalam suasana hari libur ini.
Gw jadi teringat pengalaman gw ngamen untuk pertama kalinya waktu liburan tahun baru kemarin.
Karena hal itu, sekarang gw jadi pribadi yang lebih menghargai "Uang".  karna, tidaklah mudah mencari uang, tidak semudah kita dalam menghabiskannya.
Ya, cerita itu berawal kala liburan tahun baru semester 1 kemarin.
Seperti biasa, hari-hari liburan gw hanya menghabiskan waktu dirumah dan sangat membosankan dan jauh dari kata berwisata ke luar kota dan sebagainya. Yang gw lakuin cuma tidur > bangun, makan > minum, dan mandi > basah. Untung ga mimpi gw yang basah, haha.
Semua berawal pada suatu hari saat gw lagi asyik-asyiknya bermain playstation.
"Kalo lagi main playstation gw bisa seharian penuh. Sampe-sampe lupa makan", haha tapi kata-kata itu gak berlaku sama diri gw. Karena, seasyik apapun gamenya gw gak pernah lupa kalo soal makan.
Pada sore hari sekitar jam 4aan ketika gw lagi asyik2nya main game dikamar adik gw di kamar atas, "Woyyy, lu uda budeg apa ? itu ada temen-temen lu dibawah" ucap kakak perempuan gw.
"Ahh,, rese ni. siapa lagi ini, gangguin gw main aja" ucap gw kesal dalam hati sambil melangkah kebawah buat liat siapa yang dateng. Ternyata mereka bertiga lagi, pabelan, yogik, ama si fadhil.
"Yoow, ada acara apa jok?" sapa gw ke mereka.
"Ayo ikut, malam ini kita ngamen di warung-warung pecel lele, didekat rumah gw. Cajun (Drum acoustic) gw uda selesai dibuat, lo bisa mainin itu cajun. Gw yang jadi vokalis entar, dan yogik yang mainin gitar" Jawab fadhil sembari mengemukakan maksud kedatengannya kerumah gw.
"Ehh anjirr, la gw mainin apa ?" tanya si pabelan.
"Haha.. lu kan bisanya cuma ngomong teori soal cewe. Jadi, kali ini lu jadi yang pegang Handphone aja buat abadiin moment ngamen kita nanti" Tegas si fadhil.
Gw pun tertarik dengan ajakan mereka dan bergegas untuk ganti pakaian dan sekalian pamit ama bapak emak gw. "Oh, ya uda. Gw ke dalem ganti baju dulu sekalian mo izin"
Setelah gw selesai ganti baju, kami pun bersiap untuk berangkat "Lan, ni lu aja bawak tas gitar gw".
Kami pun berangkat menuju rumahnya fadhil, ya tempat dimana kami biasa ngumpul.
Gw mengendarai motor berdua ama fadhil dan pabelan berdua ama si yogik.
Ntah kebetulan atau apa, pada saat itu gw, fadhil, yogik sama-sama mengenakan kaos oblong warna merah. Cuma pabelan sendiri yang pake baju warna biru. Haha, uda kayak ibuk-ibuk penabuh rabana aja pake baju couple'aan gini. Hari udah menjelang magrib, saat kami tiba dirumahnya fadhil. Sesampainya kami disana.
Fadhil pun langsung mengeluarkan cajun dari dalam rumah. "Ini sob, cajun gw yang uda selesai dibuat. kita latihan bentar buat nyesuain nada" 
Yogik pun segera mengeluarkan gitar didalam tas gitar yang dibawah oleh pabelan, untuk siap-siap latihan nyesuain nada. "Ayo, lagu apaan? yang mau kita bawain nanti?" tanya yogik.
"kita coba Peterpan - Sally Sendiri" jawab si fadhil.
Tidak berapa lama kami latihan buat persiapan ngamen malam nanti. "Allahu Akbar, Allahu Akbar......"
Suara adzan pun terdengar jelas ditelinga kami. Karna rumahnya si fadhil bersebelahan dengan masjid.
Mendengar suara adzan, kami pun segera memutuskan buat melaksanakan shalat magrib berjamaah di masjid. Allhamdulilah, terasa damai hati. Selepas shalat kami kembali balik kerumahnya fadhil. Dan mempersiapkan semuanya dengan benar, untuk hasil yang tidak mengecewakan ngamen malam ini (Perfect).
Ibu nya fadhil tidak keberatan dengan ide kami untuk mencoba ngamen pada malam itu, hanya saja beliau khawatir "Hati-hati ya nak, jangan cari masalah dengan siapa-siapa nanti disana" pesan ibunya fadhil. Setelah berpamitan, kami pun berjalan kaki ke depan lorong rumahnya fadhil.
Kami berniat untuk ngamen di pecel lele bonek, Taba koji. Tapi, setiba kami didepan lorong. Ternyata disana masih sepi pelanggan, hanya satu, dua orang saja terlihat tengah asyik menyantap makanan.
Kami pun memutuskan buat ngamen di sebuah warung bakso yang tidak berada jauh dari pecel lele bonek itu. Hanya perlu menyebrang jalan. Karena ini pertama kali nya kami ngamen rasa grogi, nerveous, deg-deg'an pun tak dapat kami pungkiri. "Permisi Mas, boleh kami ngamen disini?" tanya kami dengan seorang pelayan di warung tersebut. "Ya, Silahkan.." jawabnya ramah dengan senyuman. Sebuah respon yang tidak kami kira. Karna kami pikir dilarang ngamen disana. Dengan langkah ragu, kami pun masuk ke dalam warung tersebut "Maaf, bukan maksud mau mengganggu hanya sekedar menghibur" Ucap fadhil. Gw uda stand by buat mainin drum acoustic dan yogik dengan gitar. Siap buat mengiringi fadhil bernyanyi. Disana kami bawain dua buah lagu yaitu, Sally sendiri dan Menunggumu.
Saat kami melantunkan lagu, pabelan pun siap dengan Handphone yang dipegangnya dan mengabadikan moment tersebut. Jadi kesannya, orang-orang melihat, kami seperti anak-anak mahasiswa yang tengah ngerjain sebuah tugas kuliah. Karena, untuk seorang pengamen di kota lubuklinggau. Kami lebih terlihat seperti anak-anak penyanyi band di cafe-cafe. Mata orang-orang disekitar kami pada malam itu pun. seperti bertanya-tanya. Kami beneran lagi ngamen atau bukan ?. Dengan gaya kami yang tidak terlihat seperti seorang pengamen biasannya. Kami pun meneruskan langkah ketempat selanjutnya, selagi berjalan menyusuri pinggiran jalan kota lubuklinggau, terlihat anak-anak pengamen jalanan yang juga tengah mengamen pada malam itu. Hati gw pun tertegun melihat hal itu, dengan usianya yang masih begitu belia ia harus bekerja keras hanya untuk mengobati perihnya perut karna menahan lapar.
Sesekali juga melintas teman-teman kami yang tengah menikmati malam minggu, dengan tatapan heran, mereka memandang ke arah kami. Mungkin sebagian dari mereka bertanya-tanya tentang apa yang tengah kami lakukan. 
Tibalah kami ditempat kedua dimana kami ingin ngamen. Disana kami hanya membawakan 1 buah lagu "Menunggumu". Selepas dari situ, kami terus melanjutkan langkah. Cukup jauh kami berjalan, terasa pegal dikaki dan tangan kami, karena berjalan jauh sembari memegang gitar dan Cajun (Drum Acoustic) yang kami bawa. Kami pun memutuskan untuk duduk sebentar didepan sebuah tokoh yang uda tutup dipinggir jalan. Beristirahat sejenak. Sambil memandang ke arah jalanan. Hal yang berbanding terbalik dengan apa yang kami lakukan. Tampak terlihat anak-anak komunitas motor gede melintas dihadapan kami dengan gaya kerennya khas anak-anak motor. Melintas juga beberapa pasangan kekasih yang dengan canda tawanya melintas melewati kami menikmati indahnya suasana malam minggu di kota ini.
Setelah beberapa lama, kami pun memutuskan untuk berbalik arah untuk pulang kerumahnya fadhil.
Sesampai didepan lorong rumahnya fadhil, tampak pecel lele bonek ramai pembeli.
Kami berencana untuk ngamen disana, sebagai penutup ngamennya kami malam itu.
Kami pun segera menuju ke sana. Disanalah kami tampil habis-habisan untuk menghibur pengunjung yang kebanyakaan beberapa pasang keluarga, lengkap dengan anak-anaknya. "Noah - Hidup Untukmu, Mati Tanpamu". Itulah lagu yang kami bawakan sebagai lagu penutup dimalam itu.
Ya,, kami hanya ngamen di tiga tempat malam itu, karena tujuan kami hanya untuk mencari pengalaman dan mengisi liburan kami.
Singkat cerita...

Kami pun balik kerumahnya fadhil. Setiba didepan rumah, ibu fadhil uda diri didepan rumah menunggu kepulangan kami.
"Gimana, lancar kalian ngamennya?"
"Allhamdulilah buk" jawab kami.
Kami berinisiatif untuk menghitung uang dari hasil kami mengamen tadi.
"Coba lan, hitung hasil ngamen tadi? pinta yogik.
Segera belan mengeluarkan semua uang hasil ngamen tadi dari dalam tas gitar dan menghitungnya.
"Dua puluh..... Dua puluh, Duah puluh ribu enam ratus rupiah semuanya"
Ya, itulah hasil dari kami ngamen pada malam itu. Dengan rasa lelah yang menghinggapi dan rasa lapar yang datang menyerang. Kami berniat untuk menggunakan uang hasil ngamen itu ditambah sedikit uang pribadi dari kami.
Kami memutuskan untuk membeli nasi kucing dipasar, dan gorengan.
Kami pun dengan lahapnya menyantap makanan saat itu.
Uang hasil kami dari "Ngamen".

Setelah itu, ditemani secangkir kopi hangat. Kami terus terjaga mengarungi dinginnya malam dan melanjutkan cerita pada malam itu. Dibawah langit malam, kami tertawa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar